web 2.0

Kamis, 11 Februari 2010

Memperbaiki Kesalahan dengan Keberanian

"Berbuat salah adalah manusiawi," sebuah pepatah Tiongkok kuno. Ini menyiratkan bahwa kesatriapun pasti akan membuat kesalahan. Berbeda dengan orang biasa, orang yang bijaksana lebih cenderung melihat ke diri sendiri, memperbaiki kesalahan-kesalahannya, dan meningkatkan diri. Hal inilah yang menjadikan mereka agung dan bijaksana.
Orang bijak jaman dulu menyarankan bahwa kita harus "menerima nasihat dengan senang hati."

Supaya dapat memperbaiki kesalahan dan meningkatkan diri, seseorang harus memiliki hati yang lapang dan pikiran terbuka.
"Pada pemerintahan Kaisar Kangxi dari Dinasti Qing (1661-1722 M), Zhang Ying adalah seorang pejabat di Istana Wenhua dan Sekretaris Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Zhang Ying bertetangga dengan keluarga terpandang Ye. Pada suatu saat, mereka berselisih tentang tembok halaman. Istri Zhang Ying segera mengirim surat kepada suaminya yang bekerja di istana. Setelah membaca surat itu, Zhang Ying membalas surat istrinya: "Kau menulis surat dari ribuan kilometer jauhnya tentang sebuah tembok. Tidak ada salahnya untuk mundur tiga meter. Ingatlah kalimat ini: "Tembok besar China masih berdiri, tetapi Kaisar Qin sudah tiada." Nyonya Zhang mengerti maksud suaminya dan memerintahkan para pekerja untuk membangun tembok mundur tiga meter. Keluarga Ye sangat tersentuh dan membangun tembok mundur tiga meter juga. Akhirnya kedua keluarga menjadi tetangga harmonis. "
Sesungguhnya, ketika seseorang mampu mengoreksi kesalahannya dan memperbaiki diri, ia benar-benar bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Untuk dapat mencapai itu, kita tidak perlu putus asa karena telah melakukan sebuah kesalahan. Jauh lebih buruk jika menyembunyikannya. Orang harus ingat untuk mengikuti dan melaksanakan prinsip-prinsip memperbaiki diri sendiri setiap saat dalam segala keadaan. Bagi mereka yang telah melakukan kesalahan serius, pengaruhnya bahkan sangat besar. Pepatah kuno mengatakan: "Tidak peduli seberapa besar prestasi yang telah dicapai, tidak sebanding dengan satu ons membual. Tak peduli seberapa serius kejahatan yang telah dilakukannya, tidak dapat dibandingkan rasa penyesalan." Setelah seseorang memiliki rasa malu dan penyesalan, itu adalah tanda kebijaksanaan. Sebaliknya, jika seseorang terus saja membual, tidak mampu keluar dari "diri sendiri" dan "egoisme", sehingga terus mencari pembenaran atas perilakunya, maka ia pasti akan kehilangan teman dan akan menuai apa yang ia tabur.

Sejarah seperti sebuah cermin, dan hasil akhirnya tergantung pada kemampuan seseorang untuk menerima kritik. Kita harus memahami prinsip "Berbuat salah adalah manusiawi, tetapi orang menghormati mereka yang mampu mengakui kesalahan dan bersedia untuk berubah." Kita tidak perlu takut jika membuat kesalahan. Kuncinya adalah mengetahui apa yang dilakukan ketika kita melakukan kesalahan. Sebagian orang takut mendengar kata-kata yang tidak menyenangkan. Begitu mereka mendengar sesuatu yang menyerang saraf, mereka marah, dan ingin menggertak orang lain untuk membalas. Perilaku semacam ini tidak hanya akan menyakiti orang lain tetapi pada akhirnya akan melukai diri sendiri. Kita harus berperilaku dan berbuat yang benar, terus-menerus meningkatkan cara berpikir kita. Maka jalan lapang dan lebar ada di depan kita.